Kelenteng Boen Bio yang berada di Jalan Kapasan no 131 adalah salah satu tempat ibadah Khonghucu tertua di Surabaya. Keberadaan Kelenteng Boen Bio berawal dari Kelenteng Boen Tjhiang Soe yang didirikan pada tahun 1883 di Kampung Kapasan Dalam.

Tahun 1903, intelektual Khonghucu bernama Kang Youwei (康有为) menyarankan Kelenteng Boen Tjhiang Soe dipindah di pinggir jalan raya.

Pengurus kelenteng menyetujui dan Mayor Tee Toan Ing memberikan tanahnya, lalu dibangunlah Kelenteng baru diberi nama Boen Bio hingga sekarang masih berdiri megah menjadi tempat ibadah umat Khonghucu.

Gedung lama bagian dari Kelenteng Boen Bio ini kondisi fisiknya tidak berubah. Gagasan pembangunan Graha Boen Bio dilontarkan sejak 2007 saat peringatan satu abad Boen Bio.

Manfaat keberadaan Graha Boen Bio untuk mendukung Kelenteng Boen Bio yang memiliki nilai historis dan budaya tinggi. Sekolah Tripusaka memiliki gedung yang lebih baik. Tersedianya ruang lebih luas untuk pengembangan pendidikan. Ruang klinik kesehatan. Ruang serba guna untuk kegiatan umum, dilengkapi lahan parkir.

Pada hari Sabtu 5 Februari 2022, tepat pukul 9 pagi dilaksanakan prosesi peletakan batu pertama pembangunan Graha Boen Bio.

Diawali dengan sembahyang bersama dipimpin Ketua MAKIN Boen Bio Handoko Tjokro didampingi rohaniwan, diikuti seluruh anggota dan pengurus.

Selanjutnya, Handoko Tjokro melakukan doa di tempat peletakan batu pertama yakni gedung yang akan direnovasi.

Setelah selesai sembahyang bersama, menyambut kedatangan Alexander Tanzil di depan kelenteng, yang dimeriahkan barongsai.

Pada kesempatan itu, Alexander Tanzil selaku Ketua Kehormatan Penitia Pembangunan, mendoakan pembangunan Graha Boen Bio berjalan lancar dan sukses.

Ketua MAKIN Boen Bio Handoko Tjokro mengatakan pihaknya mengundang panitia pembangunan untuk hadir melakukan peletakan batu pertama Graha Boen Bio.

“Rencana pembangunan sampai selesai sekitar 12 hingga 18 bulan yang dimulai bulan Maret ini,” jelasnya.

Lebih lanjut Handoko Tjokro menyampaikan pembangunan Graha Boen Bio untuk menunjang kegiatan Boen Bio yang dilengkapi lahan parkir.

“Kami memiliki PG TK SD lama sekali bisa ditingkatkan pendidikannya dengan adanya Graha Boen Bio,” jelas Handoko Tjokro.

Michael Agusta Wakil Ketua 1 Panitia Pembangunan Graha Boen Bio dalam sambutannya mengungkapkan harapan setahun kedepan bangunan gedung bisa diselesaikan.

Kemudian seluruh hadirin menuju tempat peletakan batu pertama di gedung belakang diiringi barongsai.

Alexander Tanzil pertama kali yang melakukan petakan batu pertama diikuti Alexander Arifin, Sindu, Michael Agusta, Gatot Seger Santoso dan terakhir Handoko Tjokro.

Selanjutnya, dilakukan pemotongan tumpeng oleh Handojo Tjokro yang menyerahkan kepada Alexander Tanzil, Sindu, Alexander Arifin, SH MH selaku penasihat hukum dan Gatot Seger Santoso dewan penasihat panitia pembangunan.

Boen Bio telah menjadi ikon perjuangan dan tempat bertumbuhnya demokrasi sejak jaman perjuangan melawan Belanda. Itulah sebabnya renovasi gedung Tripusaka menjadi Graha Boen Bio patut didukung dan dilestarikan. (Aira)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *