LKP Pusat Bahasa Tionghoa PA CHHS Surabaya Gelar Chinese Window ke-6 Diantusiasi Para Siswa
LKP Pusat Bahasa Tionghoa PA CHHS Surabaya menggelar Chinese Window ke-6 untuk memperkenalkan budaya Tionghoa kepada anak didiknya, Sabtu (1/6/24).
Kegiatan yang berlangsung pada pukul 09.00 – 13.00 WIB ini, diikuti sekitar 200 lebih siswa. Acara digelar bertepatan dengan Hari Anak Internasional dan Hari Lahirnya Pancasila.
Menurut Ayunda Royani Kepala Sekolah LKP Pusat Bahasa Tionghoa PA CHHS Surabaya, kegiatan ini bertujuan memperkenalkan budaya Tionghoa.
“Dalam Chinese Window kali ini, kami perkenalkan seni menulis kaligrafi Shufa, membuat bakcang, membuat pangsit, seni melukis Tiongkok, membuat tali temali Tiongkok, gunting menggunting kertas Tiongkok, alat musik Guzheng, serta fotografi”, ujarnya.
Ayunda menambahkan, pihaknya juga memiliki kelas kebudayaan etnis Tionghoa. Hingga siswanya juga pandai menari, menyanyi, membaca puisi, serta seni bela diri Wushu.
“Kami berharap seluruh siswa kami tertarik untuk mengenal budaya Tiongkok dan senang belajar bahasa Mandarin”, tuturnya
Ayunda Royani berharap para siswa tetap rajin belajar menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Dan, apabila menempuh pendidikan tinggi di Tiongkok. Saat kembali ke Indonesia, bisa mengabdi dengan menjadi guru bahasa Mandarin, imbuhnya.
Hal senada disampaikan Amanda Tosya, salah satu guru, yang mengaku pernah menjadi murid LKP Pusat Bahasa Tionghoa PA CHHS Surabaya.
“Kemudian saya mendapatkan bea siswa untuk menempuh pendidikan tinggi di Tiongkok selama 4 tahun. Dan kembali ke Indonesia dengan menjadi guru di sini”, ungkapnya.
Sementara itu, Sekjen Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya (PMTS) Rasmono Sudarjo mengatakan, pada acara kali ini PMTS, bersama Surabaya Art Society dan Unimaxx Photo Community, berbagi ilmu dan memperkenalkan seni fotografi kepada anak-anak.
“Tujuannya, agar sejak dini, anak-anak tertarik pada dunia fotografi. Dan jika sudah berminat, nanti bisa bergabung dengan pelatihan gratis yang kita gelar setiap minggu. Selain pelatihan fotografi, ada pelatihan videografi, melukis, menulis kaligrafi Shufa, menari dan seni vokal”, terangnya.
Ketua Unimaxx Photo Comunity Denny D’Colo menambahkan, hari ini pihaknya juga mengenalkan pembuatan diorama dari bahan bekas.
“Agar mereka bisa memanfaatkan barang bekas, menjadi sebuah karya seni”, ungkapnya.
Kegiatan Chinese Window dibuka dengan penampilan gerak dan lagu, serta seni bela diri Wushu dibawakan oleh siswa-siswi.
Selanjutnya, mereka masuk ke dalam masing-masing kelas, untuk belajar budaya Tionghoa yang berbeda-beda. (Red)