Warisan Dunia Tulou Fujian dan Kisah Keturunan Marga So yang Tersebar di Indonesia
Fujian Tulou merupakan kompleks rumah tradisional masyarakat Hakka yang terletak di tenggara Provinsi Fujian, Tiongkok. Bangunan-bangunan ini dibangun antara abad ke-12 hingga ke-20 Masehi, dengan total sekitar 46 tulou yang kini tercatat sebagai warisan budaya penting.
Asal-usul arsitektur ini berakar dari perpindahan masyarakat Tiongkok Tengah menuju wilayah selatan, terutama Provinsi Jiangxi, Fujian, dan Guangdong.
Secara harfiah, tulou berarti “rumah bumi”, sesuai bahan bangunannya yang terbuat dari tanah, batu, bambu, dan kayu. Struktur rangkanya menggunakan kayu dan bambu, disemen dengan tanah yang dipadatkan. Kombinasi bahan alami ini membuat Tulou tahan angin, tahan gempa, serta memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik—hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas.
Bangunan Tulou umumnya bertingkat tiga hingga empat lantai. Lantai bawah digunakan sebagai tempat tinggal dan aktivitas harian, sedangkan lantai atas berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen.
Karena bentuknya yang bulat dan tidak biasa, Tulou sempat dikira silo peluncur rudal oleh Amerika Serikat pada masa Perang Dingin. Ada pula yang menyebutnya seperti “pesawat luar angkasa kuno” karena desainnya yang unik.
Pada tahun 2008, Fujian Tulou diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, berkat keunikan bentuk, skala besar, dan kecerdasan struktur arsitekturnya. Saat ini terdapat lebih dari 20.000 tulou di Fujian selatan, dan sekitar 3.000 di antaranya termasuk dalam kategori Fujian Tulou — sekitar 15 persen dari total keseluruhan tulou di kawasan tersebut.
Menariknya, salah satu pemilik Gedung Tulou adalah keluarga Marga So 苏, yang keturunannya kini menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. So Hai Kang 苏海岗, keturunan generasi ke-24, menceritakan bahwa kakek-neneknya dari generasi ke-22 dulunya merupakan pengusaha sukses hingga mampu membangun Gedung Tulou di Fujian, Tiongkok. Namun, usaha mereka menurun sehingga keluarga akhirnya hijrah ke Indonesia.
“Dulu ayah saya, generasi ke-23, sempat pulang ke desanya untuk melihat rumah Tulou itu,” kenangnya.
Belakangan, keluarga besar Marga So menggelar pertemuan. Saat ini, generasi Marga So yang berada di Indonesia telah mencapai generasi ke-26.
福建土楼:大地之屋的世界遗产
福建土楼是中国东南部福建省客家人独特的传统民居建筑群,主要建于12世纪至20世纪之间,目前共有约46座具有代表性的建筑,被视为珍贵的历史文化遗产。
土楼的建筑文化源自中原人民南迁的历史进程,逐渐在江西、福建、广东等地形成独特的居住形态。
“土楼”一词意为以土为墙的楼屋,顾名思义,这种建筑以黄土、石块、竹木为主要材料建造。木竹结构为骨架,夯土为墙体,使得土楼冬暖夏凉、通风良好、防风抗震,展现了古代民居建筑的智慧与环保理念。
一般而言,土楼多为三至四层结构:底层为生活和活动空间,上层用于储藏粮食和农作物。其独特的圆形或方形外观,不仅体现了防御功能,也象征着家族团结与和谐。
由于外形独特且规模宏大,土楼在冷战时期曾被美国误认为是导弹发射井,甚至有人将其比喻为“古代的太空飞船”。
2008年,福建土楼被联合国教科文组织正式列入世界文化遗产名录,以表彰其独特的建筑形态、宏大的规模及精巧的结构设计。
目前,在福建南部地区共有超过两万座土楼,其中约三千座属于福建土楼范畴,占总数的约百分之十五。福建土楼以其独特的美学价值与文化内涵,成为中国传统民居建筑的杰出代表之一。
有趣的是,土楼的其中一位拥有者来自苏氏家族,而苏氏的后裔如今已遍布印度尼西亚各地。苏海岗,第24代后人,讲述了他的曾祖父母(第22代)当年是成功的企业家,曾在中国福建建造了这座土楼。然而,家族事业后来衰退,最终迁居印尼。
他说:“我父亲是第23代,当年还曾回到祖籍村,亲眼看看那座土楼。”
近日,苏氏家族在印尼举行了一次大型聚会。目前,苏氏在印尼的传承已延续至第26代。


