Surabaya, Suasana khidmat mewarnai prosesi wisuda Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), namun ada yang istimewa kali ini. Dua wisudawati, Waryani dan Ana Zenetia Paulo Soares de Rosa, menjadi sorotan karena kisah mereka yang mencerminkan semangat toleransi di kampus berbasis ke-Islaman ini.
Waryani, beragama Kristen, lahir di Kalten pada 2 November 1971, adalah wisudawan tertua tahun ini. Ia menempuh pendidikan lewat jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Program Studi S1 Kebidanan Unusa yang telah terakreditasi Unggul.
Sehari-hari ia bekerja di RS Darmo dan telah memiliki menantu warga Kanada. “Saya sempat diajar dosen yang dulunya teman satu angkatan saat D3. Saya bangga, beliau memang cerdas sejak dulu,” ujarnya, Kamis (24/4/2025).
Sementara itu, Ana Zenetia, mahasiswi Katolik asal Dili, Timor Leste, lahir pada 22 Agustus 2001, melanjutkan studinya melalui program alih jenjang setelah lulus D3 Kebidanan. Ana aktif dalam berbagai kegiatan sosial bersama organisasi mahasiswa Muslim.
Meski berasal dari latar belakang agama minoritas, keduanya merasa diterima dan dihargai selama kuliah di Unusa.
“Saya sangat bersyukur kuliah di sini. Lingkungannya inklusif. Teman-teman Muslim ramah dan menghormati saya,” kata Waryani.
Ana pun mengaku dapat menjalankan ibadahnya dengan leluasa. “Teman-teman saya bahkan mengucapkan Selamat Natal. Rasanya seperti keluarga,” ungkapnya.
Kisah keduanya menjadi bukti nyata bahwa keberagaman di Unusa bukan sekadar slogan, melainkan hidup dalam praktik sehari-hari. (Red)