Pakar Sentra Pendidikan Yijing Senopati Surabaya Kupas Tuntas Hongsui Bukan ‘Klenik’
Pakar Sentra Pendidikan Yijing Senopati Surabaya (华侨音乐社易经学习中心) yang diketuai Laoshi Bingtomo Halim (林小平) mengadakan podcast membahas tentang ‘Hongsui’, merupakan ilmu seni tradisional Tiongkok yang menarik untuk dipelajari, karena banyak manfaat yang didapat.
Lebih lanjut Laoshi Bingtomo Halim mengatakan bahwa fengshui bukanlah ilmu mistik tapi ilmu pasti yang mengubah nasib orang dengan keadaan di dunia yang banyak tantangan bencana.
“Peranan fengshui sangat baik untuk mencari hunian yang jauh dari banjir, tapi lebih sejuk dan nyaman. Sehingga masyarakat makin sehat dan mudah mencari rejeki itulah kegunaan fengshui,” jelasnya.
Sebelumnya, Laoshi Bingtomo Halim menjelaskan bahwa Sentra Pendidikan Yijing Senopati Surabaya yang berada di Gedung Xiang You Hui, Jl. Kalisari III No. 22 Surabaya ini, memiliki murid dari segala penjuru kota di Indonesia.
“Sekolah ini sudah berdiri sejak lama. Kami baru saja mengadakan perayaan kelulusan siswa. Dan akan membuka kelas baru,” jelas Laoshi Bingtomo Halim.
Laoshi Bingtomo Halim mengaku bersyukur, karena Sentra Pendidikan Yijing Senopati Surabaya banyak murid, sehingga bisa membantu memajukan taraf hidup masyarakat umum.
Laoshi Bingtomo Halim melakukan sesi pertama penjelasan fengshui dalam podcast bersama Marlyn Jauw (姚金碧).
Pada sesi kedua, podcast dibawakan Laoshi Rustono Wibisono (黄城理) dan Antonius Limantoro (林吉顺).
Laoshi Rustono Wibisono menjelaskan bahwa dunia tak lepas dari pengaruh bintang di alam semesta. Contohnya, waktu bulan purnama, air laut pasang, karena dipengaruhi gravitasi rembulan.
Begitu pula dengan bumi bagian Utara yang memiliki 4 musim yang dipengaruhi peredarannya terhadap matahari.
“Semua mahkluk di atas bumi dipengaruhi bintang lainnya disekitar galaxy. Fengshui itu logis. Sesuatu yang tidak logis bukan fengshui,” tegas Laoshi Rustono Wibisono.
Laoshi juga menjelaskan tentang rumah tusuk sate yang dihindari masyarakat karena mitos buruk.
Rumah tusuk sate adalah rumah yang terletak di ujung persimpangan jalan lurus, sehingga membentuk posisi huruf T. Rumah ini juga dikenal sebagai “T-junction” dalam ilmu feng shui.
Kepercayaan dalam masyarakat, rumah tusuk sate dianggap membawa sial dan petaka bagi penghuninya.
Menurut ilmu Feng Shui, rumah tusuk sate dianggap sebagai sudut tajam yang mengarah ke dalam rumah. Sudut tajam ini disebut sebagai “panah beracun” yang dapat membawa energi negatif ke dalam rumah.
“Rumah tusuk sate memiliki banyak energi negatif, karena pengaruh angin. Rumah tersebut berada di ujung lorong dan angin terlalu kencang mengenai bangunan yang dibawa kendaraan, sehingga berpengaruh pula kepada penghuninya. Berbeda dengan angin di lapangan luas,” jelas Laoshi Rustono Wibisono.
Podcast ini digagas oleh Rasmono Sudarjo Sekjen Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya agar masyarakat makin mengenal Hongsui.
Hongsui dan fengshui adalah istilah yang sama, berasal dari dialek yang berbeda. Hongsui berasal dari dialek Hokkian, sedangkan fengshui berasal dari dialek Mandarin. (Red)