Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Rabat, Maroko, mengajak warga Maroko berkunjung ke Masjid Cheng Hoo Surabaya, Senin (25/11/2024).

Kunjungan warga Maroko yang didampingi oleh Sutarwindargo dari KBRI Rabat, Maroko tersebut, disambut Ustad Hasan Basri, Ketua Pelaksana Harian Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI), Ustad Hariyono Ong, Ketua Takmir Masjid Cheng Hoo Surabaya, H. Dion Sultan Ciptadimulya BA, Sekretaris Umum YHMCHI, Esti Nurhidayat, dan Konsultan Yayasan Pendidikan Cheng Hoo Indonesia (YPCHI).

Dijelaskan Sutarwindargo, terdapat empat warga Maroko yang datang bersilaturahmi. Dua di antaranya merupakan Photografer dan Influencer ternama di Maroko. Keduanya terbilang memiliki banyak penggemar di Maroko.

Sutarwindargo menambahkan, perjalanan dimulai dari 22 November hingga 26 November. Pada 22-23 November, mereka di Jakarta. Kemudian lanjut ke Surabaya. Masing-masing dibantu oleh dinas pariwisata setempat.

“Tujuan kunjungan kami ke Masjid Cheng Hoo untuk memperkenalkan objek-objek wisata maupun budaya yang ada di Indonesia. Karena Indonesia kaya akan keanekaragaman, baik alam, sosial maupun budayanya,” ujarnya.

Di Masjid Cheng Hoo, lanjutnya, KBRI memperkenalkan saudara kita yang Tionghoa, yang biasanya lebih dikenal memeluk agama Kristen atau Budha, namun ternyata ada yang memeluk agama Islam.

“Kami juga sudah berkunjung ke Bromo, di sana kita memperkenalkan masyarakat Jawa yang umumnya beragama Islam, namun di sana ternyata ada yang memeluk agama Hindu atau non-muslim. Jadi semua itu merupakan keanekaragaman Indonesia yang terangkum dalam Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.

Menurut Sutarwindargo, hal ini tentu berbeda dengan Maroko, yang mana kulturnya lebih cenderung seragam. Meskipun juga ada perbedaan-perbedaan, namun tidak sebanyak Indonesia.

“Sebagai Photografer dan influencer yang ternama di Maroko yang juga banyak diikuti oleh masyarakat Maroko, mereka akan memperkenalkan potret Indonesia yang menggambarkan wujud bhinneka tunggal Ika khas Indonesia, baik untuk masyarakat Maroko, juga untuk negara-negara Afrika Utara utara, Eropa selatan dan sekitarnya,” terangnya. (Red)