Dharma Wanita Persatuan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur (DWP Kominfo Jatim) melakukan kunjungan ke sentra Kain Batik Tenun Ikat ‘Kurniawan’ Bandar Kidul, Kota Kediri, Jawa Timur, pada Jumat (14/7/2023).

Kegiatan diikuti 32 anggota dan pengurus DWP Kominfo Jatim, dipimpin langsung Ketua DWP Kominfo Jatim, Afina, dan Sekretaris Dinas Kominfo Jatim, Suharlina Kusumawardani.

Produksi kain batik tenun ikat ini cukup menarik dan dikelola generasi ketiga secara turun temurun dari keluarga, sejak sekitar tahun 1950-an.

Pemilik Sentra Kain Batik Tenun Ikat ‘Kurniawan’, Wulan menceritakan bahwa dulu awalnya produk utama yang dibuat bukan kain, melainkan Sarung Goyor.

Hal ini karena sarung lebih adem dan goyor, makanya diberi nama Sarung Goyor. Dari Sarung Goyor, berkembang lagi memproduksi kain batik tenun ikat karena bisa dijadikan baju terang Wulan.

“Selain itu, ada juga pihak lain yang menjadikan kami sebagai pemasok produksi mereka untuk diolah menjadi produk lain, seperti tas dan sepatu. Sehingga pemasarannya lebih luas lagi, nanti kainnya bisa dipakai oleh semua kalangan masyarakat,” terang Wulan.

Untuk proses pembuatan kain batik tenun ikat sendiri, Wulan memaparkan, mulai dari Pemintalan Benang atau Goben, menata benang pada Bidangan (Proses Reek), pemberian motif atau desain gambar.

Dilanjutkan dengan pengikatan dengan tali pada motif sesuai desain, pemberian warna kombinasi atau Proses Pencoletan, pencelupan warna kain, pelepasan tali (Proses Oncek), mengurai benang untuk dijadikan umpan atau pakan (mindah), hingga pemintalan pakan pada palet, untuk selanjutnya menuju proses tenun.

“Semakin banyak warna motif pada kain, maka tahapan proses pembuatannya semakin banyak. Setelah diwarna, ikatan talinya dilepas, dijemur, dipintal, lalu diulangi apabila ada lebih dari dua warna, dipintal lagi, ditata, kemudian ditenun,” urainya.

“Semuanya home made, jadi memerlukan cuaca cerah untuk proses penjemuran. Kalau pas musim hujan, proses pembuatannya bisa lebih lama. Pas musim panas cepat kering sehingga bisa langsung dipintal ulang,” papar Wulan.

Usaha kain batik tenun ikat ini memiliki karyawan 30 orang warga sekitar, Wulan mengungkapkan, untuk desain pola pada batik dilakukan keluarga sendiri.

“Kemudian untuk proses pengikatan biasanya langsung diambil warga sekitar sini, setelah diikat baru dikembalikan ke kami untuk proses selanjutnya,” ungkap Wulan.

Wulan menyebutkan, untuk motif batik pada kain tenun ikatnya khas Kediri, bernama ‘Motif Tirto’ yang tergambar dengan motif gelombang naik turun.

“Motif ini bermakna air, dan memang khas dari Kediri Jawa Timur. Kita menggambar motifnya langsung dibenangnya setelah ditata di bidangan,” terangnya.

Untuk harga dibedakan dari jenis produk yang dibuat, bukan dari motif. Per Kain Batik Tenun Ikatnya dengan luas kain sekitar 2,5 kali 9,5 meter, dibandrol dengan harga Rp. 225.000.

Khusus untuk sarung dibedakan sesuai motif, karena ada yang polos dan motif. Sedangkan polosan harganya Rp. 230.000. Untuk sarung yang bermotif harganya Rp. 260.000.

Pemasaran ke luar negeri, pernah ada pesanan dari Malaysia. Sedangkan di Indonesia atau area dalam negeri, pernah ada pesanan dari Sulawesi.

“Kami juga pernah menerima pesanan kain dari Jakarta, yakni desainer Didit Maulana, untuk dijadikan baju. Dan baju itu dipakai oleh artis Korea Song Kang. Kemarin juga pernah ada pesanan dari Pak Wali Kota Kediri,” beber Wulan.

Produksi kain batik tenun ikat memiliki proses yang sangat panjang dan rumit dalam pembuatannya, karena masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) alias tradisional.

Namun produksi kain batik tenun ikat tersebut memiliki potensi untuk lebih memperkenalkan dan melestarikan produksi dalam negeri.

“Kita punya ‘Motif Tirto’ yang bermakna air, yang membedakan kain batik tenun dari Kediri ini dengan tenun dari daerah lain di Indonesia adalah warna dan motifnya itu yang paling kelihatan,” jelas Wulan.

“Bisnis kami ini merupakan wujud dalam melestarikan produk asli lokal dalam negeri. Maka, harapannya semoga bisnis ini tetap berkembang terus, kalau bisa go internasional,” pungkasnya

Sementara itu, Ketua DWP Kominfo Jatim, Afina mengatakan, kunjungan ini supaya bisa tahu proses pembuatan tenun khas Kediri secara langsung sekaligus menumbuhkan rasa cinta produksi dalam negeri.

Afina menilai, Kain Batik Tenun Ikat ‘Kurniawan’ dari Kediri ini sangat bagus dan memiliki potensi lebih diperkenalkan kepada masyarakat melalui banyak pihak.

“Produksi kain batik tenun ikat ini bagus ya. Oleh karena itu, untuk pemasarannya saya rasa perlu ada dukungan dari banyak pihak termasuk pemerintah. Agar dapat menumbuhkan rasa cinta kepada masyarakat, terhadap produk dalam negeri,” ujarnya.

“Apalagi kalau misal produk kain tenun batik ini bisa dipromosikan di luar negeri kenapa tidak, karena menurut saya produk ini mempunyai potensi untuk diperkenalkan lebih luas lagi di pasaran Indonesia bahkan luar negeri,” tutur Afina.

Afina berharap masyarakat banyak yang mengenal kain batik tenun ikat dari Kediri dan tergerak melestarikan serta mempromosikannya.

“Setelah kami tahu secara langsung bagaimana produksi kain batik tenun ikat Kediri ini, mungkin ke depan DWP Kominfo Jatim, bisa lebih memperkenalkan produk dari Jawa Timur khususnya Kain Batik Tenun Ikat dari Kediri. Kami mungkin secara pribadi akan mempromosikan produk kain ini, supaya pemasarannya lebih luas dan masyarakat jadi banyak yang tahu,” ungkap Afina. (Red)