Adalah Aries Sugeng Didiyanto (45) warga Desa Dhompo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, sukses menyulap kayu bekas yang merupakan limbah pabrik ataupun usaha mebeler, menjadi kerajinan ukir khas perabotan rumah.
Aries menekuni usaha kerajinan kayu ukir sejak 15 tahun silam. Awalnya hanya coba-coba untuk digunakannya sendiri seperti kursi dan sebuah meja untuk ruang tamunya.
“Saya lihat banyak sisa kayu dekat rumah. Terus ada keinginan untuk membuat perabot karena kalau beli mahal,” kata Aries, Senin (5/06/2023).
Hanya saja, karena masih coba-coba, sehingga tidak mudah untuk mewujudkannya. Maklum, ia tidak memiliki banyak basik untuk membuat kerajinan.
Beberapa kali percobaan, tak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Namun, ia tak menyerah, hingga akhirnya, kursi ukir idamannya terwujud. Kreasi kursi ukir karyanya, ternyata diminati teman.
Aries mengatakan, kalau semula dirinya menolak untuk menjual. Karena memang tidak berniat untuk menjualnya.
Namun, karena terus memaksa, ia akhirnya merelakan. Terlebih dengan harga yang menjulang, ketimbang harga kursi di toko pada umumnya. Waktu itu, laku hingga Rp 5 juta. Padahal di toko, hanya kisaran Rp 1,5 juta.
Hal itu membuat Aries semakin termotivasi untuk berkarya di kayu ukiran.
Ia juga membuat beragam kerajinan lainnya seperti piala kayu, meja, kursi, cinderamata, hingga lampu hias dan banyak barang kerajinan berbahan kayu lainnya dan sebulan, ribuan produk mampu dibuatnya.
“Harganya bervariasi, untuk souvenir gantungan kunci misalnya, dibandrol Rp 10 ribu. Sementara, untuk relief pahatan candi, bisa sampai Rp 150 juta. Harga tersebut bergantung besaran dan tingkat kerumitan,” ujarnya.
Industri ukiran dari kayu bekas itu, tidak hanya menjangkau pasar lokal. Tetapi juga, merambah Taiwan, Singapura, Brunai Darussalam, Australia, hingga Amerika dan bahkan Eropa. (Red)