Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Ir Prof Annis Catur Adi MSi dan tim berinovasi membuat formulasi permen kunyah berbahan dasar ekstrak kering air kelapa hijau dan tepung tulang ikan lele untuk ibu hamil.

Inovasi yang diberi nama Bone_Kal tersebut resmi mendapatkan paten Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada Januari 2022.

Prof Annis menjelaskan permasalahan asupan gizi pada ibu hamil sebetulnya dapat ditangani dengan cara menerapkan pola makan yang baik.

Namun faktanya, kebutuhan ibu hamil lebih besar daripada ibu biasa dan mereka cenderung sulit untuk makan. Oleh karena itu, ibu hamil membutuhkan suplementasi untuk mengurangi risiko kekurangan gizi.

“Suplementasi sudah banyak dilakukan dalam bentuk kapsul atau tablet. Tapi, harganya mahal dan daya terimanya kurang enak. Contohnya tablet tambah darah, itu kurang nyaman, mual, dan bau amis sehingga tidak optimal. Karena itu, masalah daya terima menjadi penting agar ibu hamil dapat mengonsumsi suplemen dengan aman,” terangnya pada Rabu (26/4/2023).

Ia melanjutkan, dengan melihat permasalahan daya terima tersebut, dirinya berupaya untuk memanfaatkan teknologi dan sumber daya alam yang ada untuk membuat permen kunyah sebagai pengganti suplemen ibu hamil.

Permen kunyah dibuat dari kalium yang terkandung dalam air kelapa dan kalsium yang ada pada tulang ikan.

“Permen kunyah ini bukan permen biasa seperti umumnya. Permen kunyah ini mengandung zat-zat gizi yang ibu hamil butuhkan. Kenapa kami buat seperti permen kunyah? Karena kenyataannya masih banyak orang yang sulit minum suplemen. Kalau permen kunyah itu bisa diemut, lalu dikunyah dalam mulut dan daya terimanya nyaman,” jelas dosen Departemen Gizi itu.

Aktivis Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Cabang Jawa Timur itu menerangkan, inovasi tersebut muncul ketika dia dan tim membimbing disertasi yang membahas kebiasaan ibu hamil di Suku Dayak yang gemar mengonsumsi air kelapa.

“Ibu hamil di Suku Dayak minum air kelapa supaya ketubannya bersih. Dalam 1 hari, mereka bisa minum 1 air kelapa sekitar 400-600 ml. Tapi masalahnya, mereka tidak bisa menghabiskan air kelapa tersebut. Kedua, mencari kelapa juga susah, mereka harus bergerak ke berbagai tempat,” ucapnya.

“Atas dasar permasalahan tadi, kami berunding bagaimana jika itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih praktis. Makanya kami ambil limbah air kelapa dan tulang ikan. Limbah itu yang kami manfaatkan, bersihkan, dan olah,” sambung Prof Annis.

Lebih lanjut, peneliti functional food itu menjelaskan, ada beberapa proses yang harus dilalui dalam pembuatan permen kunyah tersebut.

Pertama, tulang ikan yang sudah terkumpul harus di-presto, dikeringkan, lalu diproses menjadi tepung. Ia mengaku, proses tersebut mudah dilakukan karena dia memiliki mini pabrik pengolahan tepung.

Kedua, pengolahan limbah air kelapa menjadi serbuk menggunakan teknologi spread dryer.

Ia mengaku, tahapan tersebut cukup sulit karena ia tidak memiliki teknologi spread dryer sehingga ia harus pergi ke sebuah tempat untuk melakukan proses tersebut.

“Air kelapa jadi serbuk, tulang ikan jadi serbuk, lalu kami jadikan satu. Kita press dan berikan rasa supaya enak, yaitu rasa mint. Jadilah permen kunyah. Ke depannya, kami akan mengembangkan permen kunyah ini sesuai peruntukannya. Bentuk tablet untuk orang dewasa dan bentuk gummy untuk anak-anak. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *