Solo sebagai kota budaya dan pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Banyak oleh oleh yang bisa dibeli wisatawan, seperti makanan, minuman, kerajinan, busana batik, hingga blangkon.

Blangkon adalah tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan kaum pria sebagai kelengkapan dari pakaian tradisional Jawa. Selain sebagai pelindung terhadap sinar matahari Blangkon berfungsi sosial menunjukkan martabat atau kedudukan sosial bagi pemiliknya.

Di Kota Solo terdapat kampung yang menjadi sentra produksi blangkon. Tepatnya di Kampung Potrojayan, Kelurahan Serengan.

Kerajinan membuat blangkon di sini telah ada sejak 1970 an. Mbah Joyo-lah yang mempelopori pembuatan blangkon kala itu. Mbah Joyo pula yang mengajari penduduk kala itu membuat blangkon, hingga menjadi mata pencaharian.

Saat ini telah melewati generasi ketiga yang melestarikan pembuatan blangkon. Di kampung tersebut, sebanyak 25 rumah memproduksi blangkon.

Terdapat beragam jenis blangkon yang dibuat para pengrajin yakni model khas Solo maupun Yogja. Juga model Betawi, Bali, Madura berdasarkan pesanan.

Sekedar diketahui blangkon Solo memiliki punggung yang lebih rata, dengan bahan berbeda berwarna coklat. Sedangkan blangkon Jogya menggunakan kain batik putih.

Produk blangkon dipasarkan tak hanya di Solo saja, tapi juga di Kota Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Jakarta.

Harga dibandrol antara 10 ribu untuk anak anak dan 15 ribuan lebih untuk dewasa, tergantung ukuran dan jenis kain blangkon.

Jadi kalau pas ke Solo, mampirlah ke sentra Blangkon untuk membelinya agar tetap bergeliat produk UKM sekaligus membantu perekonomian warha setempat. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *