Pemuda Asal Lumajang Raup Cuan Jutaan dari Budidaya Selada Hidroponik

Bertempat tinggal di wilayah lahan kering tidak membuat pesimis seorang pemuda asal Desa Kedawung Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, bernama Ahmad Rofi’i (26th), untuk meraup cuan lewat kegiatan bertani dan bertanam.

Ahmad Rofi’i mengungkapkan wilayah tempat tinggalnya kering, dan susah dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

“Metode hidroponik bisa menjadi salah satu alternatif pilihan bertanam dengan segala macam keterbatasan,” ungkap Ahmad Rofi’i, Sabtu (25/2/2023).

Rofi’i mengaku tak ragu terjun ke dunia pertanian. Dirinya memanfaatkan lahan yang hanya berukuran 18×3 meter, disulap menjadi tempat budidaya selada air melalui rumah hidroponik.

“Saya menggunakan metode hidroponik untuk budidaya tanamnya dengan hanya memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah. Dan, saya sudah menggeluti budidaya sayuran hidroponik ini dalam 2 tahun terakhir dan hasilnya cukup memuaskan,” terang dia.

Menurut Rofi’i, budidaya selada menggunakan metode hidroponik cukup mudah, bibit selada yang masih berupa biji disemai pada spons atau busa.

Spons yang disediakan juga dibentuk dan dipotong sedemikian rupa untuk menyesuaikan proses penanaman selada.

Kemudian, setelah berusia satu minggu dan tumbuh daun, baru lah selada dipindah ke rumah hidroponik. Di tempat ini, sudah dirancang dan disetel denngan dipasang lubang-lubang pipa yang teraliri air.

Selain itu, kadar PH air juga harus dijaga dan dipastikan air dalam tempat penampung tak langsung terkena matahari. Setelah berusia 30 hari, barulah selada sudah mulai siap panen.

Usai dipanen, selada kemudian dikemas dan siap dijual ke pelanggan-pelanggan, seperti pemilik restoran maupun usaha katering.

“Penjualannya sementara ini masih dalam kota, dan kebanyakan ke restoran-restoran dan usaha katering saja,” katanya.

Rofi’i menambahkan, bahwa dari budidaya selada air ini, meraup cuan hingga Rp4-5 juta per bulan.

Ia sengaja memilih selada air hidroponik lantaran harganya yang cukup stabil dibanding sayuran lain yang bisa cepat naik turun harganya. Rofi’i mengaku kuwalahan akan tingginya permintaan sayuran tanpa pestisida tersebut.

“Untuk permintaannya tinggi, bahkan sampai kekurangan untuk supply stok,” imbuhnya. (Red)