Hari Jadi ke-277 Kota Surakarta dimeriahkan dengan event wisata Festival Jenang Solo, merupakan kerja sama Pemerintah Kota Surakarta dan Yayasan Jenang Indonesia.
Namun festival tersebut digelar tanpa kirab, di Omah Sinten Ngarsopuro, depan Keraton Mangkunegaran Kamis (17/2/2022).
Ketua Dewan Penasihat Yayasan Jenang Indonesia KGPH Dipokusumo mengatakan, Festival Jenang Solo ke-10 merupakan salah satu rangkaian Hari Jadi Kota Surakarta.
Sekaligus upaya menjadikan jenang sebagai makanan ekonomi kreatif, dengan perubahan variasi rasa dan penyajiannya.
“Festival Jenang ini membawa spirit membangun kebersamaan dalam Hari Jadi Kota Sala ke-277, kaitannya dengan pindahnya keraton dari Kartasura ke Desa Sala, yang selanjutnya disebut karaton Surakarta Hadiningrat. Momentum itu kaitannya dengan makanan tradisional, ada tradisi yang disajikan dalam suatu bentuk pengertian dari masyarakat, ada 17 macam jenang,” terangnya.
Diharapkan, melalui event itu kuliner tradisional gastronomi jenang bisa menjadi Jenang Nusantara, yakni jenang dari seluruh kawasan nusantara yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia.
Wali Kota Gibran Rakabuming Raka mendukung kegiatan Festival Jenang Solo tanpa kirab. Terlebih event unik ini dari masyarakat untuk masyarakat.
“Sudah kami wanti-wanti, karena masih pandemi, maka tanpa kirab. Hanya seremonial kecil saja berbagi jenang pada tokoh masyarakat Solo yang setiap hari siang, malam mengawal kota ini,” katanya beberapa waktu lalu.
Sekretaris Daerah Kota Surakarta Ahyani, mengatakan, jenang dari Kota Surakarta merupakan salah satu kekayaan budaya Kota Solo, yang diharapkan menjadi pendorong munculnya kembali bermacam–macam jenang dari seluruh Indonesia.
“Jenang yang menjadi salah satu budaya Kota Solo, sedikit banyak dilestarikan dengan inovasi ragam jenang dengan kemasan yang menarik, sehingga bisa meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat, khususnya UMKM,” terangnya.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Jenang Slamet Rahardjo menjelaskan, karena masih dalam situasi pandemi, Yayasan Jenang Indonesia (YJI) menggelar festival jenang dengan konsep berbeda. Tanpa kirab dan tanpa mengundang masyarakat luas.
“Ini agenda rutin tahunan, dan penting untuk perayaan Hari Jadi Kota Surakarta,” kata dia. (Red)