Serabi yang dijajakan tak jauh dari Perempatan Kerun Ayu di Desa Plosojenar Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo ini tetap laris manis. Antrean panjang nyaris selalu terlihat di depan warung serabi yang dikelola Endang Tatik.

Endang mengungkapkan dirinya adalah generasi kelima yang berjualan serabi secara turun temurun.

Ia mengaku memertahankan adonan serabi warisan nenek moyangnya. Memasaknya pun tetap dengan kayu bakar.

Tangannya cekatan menuang adonan di atas deretan wajan kereweng. Serabi yang sudah matang ditiriskan, lalu dituangkan lagi adonan baru.

‘’Sudah 18 tahun berjualan menggantikan ibu saya,’’ ungkapnya.

Warung serabi di Kerun Ayu mulai buka pukul 02.00 dini hari. Endang mengaku menghabiskan 30 liter adonan sehari.

Pembeli rela mengantre demi mendapatkan serabi yang legendaris itu. Serabi berukuran cukup besar dengan parutan kelapa di atasnya menjanjikan rasa lezat di lidah.

Cukup merogoh uang seribu rupiah untuk sebiji serabi. Banyak pelanggan setia kendati harus rela berada dalam antrean. Jika datang kelewat siang, tidak ada yang berani menjamin bakal kebagian. (Red)