Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, menjelaskan, pada 2022, terdapat sekitar 44.344 jiwa yang masuk kategori miskin ekstrem. Untuk itu, perlu kerja keras dan kesungguhan dalam menuntaskannya.

“Kondisi kemiskinan ekstrem di Wonosobo cukup mendalam. Terlebih Wonosobo terdiri atas 15 kecamatan dan 265 desa/kelurahan, di mana antara daerah yang satu dengan lainnya jaraknya jauh, ditambah daya dukung transportasi masih sangat kurang, sehingga hal tersebut menjadi pekerjaan rumah untuk segera diselesaikan,” tutur bupati, pada Rakor TKPKD Kabupaten Wonosobo Tahun 2022, di Pendapa Selatan.

Ditambahkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah optimalisasi pengelolaan potensi daerah antara lain, pertanian hortikultura, dombos, durian, carica, dan purwaceng.

Selain itu, pemanfaatan potensi dari destinasi wisata yang masih dapat ditingkatkan, seperti wisata Bukit Sikunir, Telaga Menjer, Telaga Warna, Lubang Sewu Waduk Wadaslintang, dan Gunung Prau.

Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo One Andang Wardoyo, mendorong seluruh perangkat desa dan kecamatan untuk memvalidasi data mikro dan makro agar datanya senantiasa akurat, sebagai langkah penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan ekstrem.

“Saya minta, seluruh perangkat desa maupun kecamatan se-Wonosobo agar terus mengawal data mikro dan makro melalui verifikasi faktual secara rutin,” pungkasnya.

Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta menekankan, pentingnya membangun strategi bersama berbasiskan pada pemanfaatan seluruh potensi daerah, sebagai upaya penghapusan kemiskinan ekstrem, sebagaimana diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo sejak Maret 2022 lalu.

Ia berharap, penghapusan kemiskinan ekstrem mampu menjadi nol persen pada 2024 mendatang.

Arif menuturkan, terhitung Maret 2022, tingkat kemiskinan ekstrem secara nasional hampir mendekati angka lima juta orang.

Jumlah tersebut setara dengan dua persen dari 270 orang penduduk Indonesia. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *