Puluhan tahun jalinan persahabatan antara Chandra Wurianto Woo bersama warga Guangzhou Gorontalo di Surabaya.

Chandra Wurianto Woo pun mengundang warga Guangzhou Gorontalo di Surabaya untuk makan malam di Restoran Tristar Surabaya, malam 4 November 2022.

Sepanjang acara satu per satu warga Guangzhou menyumbangkan suara emasnya di atas panggung. Mereka juga menari mengiringi lagu yang dibawakan salah satu anggota.

Jenny Silas dan Edy Santoso mewakili warga Guangzhou Gorontalo mengucapkan terima kasih kepada Chandra Wurianto Woo yang telah mengundang untuk bersilaturahmi, karena lama tak jumpa akibat pandemi Covid-19.

Keduanya menyerahkan kenang-kenangan kepada Chandra Wurianto Woo. “Kami bangga Pak Chandra bisa memimpin KSHK. Semoga semakin maju berkembang,” ucap Edy Santoso.

Chandra Wurianto Woo malam itu juga mengucapkan terima kasih kepada warga Guangzhou Gorontalo di Surabaya yang hadir.

“Persahabatan kami terjalin lama. Saya sering ke Gorontalo dan disambut mereka dengan baik. Sekarang, saya mengundang mereka untuk hadir bersama mempererat tali silaturahmi,” ucap Chandra Wurianto Woo yang baru saja terpilih sebagai Ketua Harapan Kesejahteraan atau Kong Siauw Hwee Kwan (KSHK) Periode ke-10, Masa Bakti 2022-2025, pada 30 Oktober 2022.

Anies Rungkat selaku pembawa acara berharap persahabatan terus terjalin dengan warga Guangzhou Gorontalo di Surabaya.

Kota Gorontalo merupakan kota terbesar dan terpadat penduduknya di wilayah Teluk Tomini (Teluk Gorontalo), Sulawesi.

Kota Gorontalo sebagai daerah perdagangan dan pusat perekonomian. Penduduknya beragam etnis dan menjunjung toleransi.

Di masa lalu, pedagang asal Tiongkok singgah dan menetap di Gorontalo hingga membentuk Kampung China. Juga mendirikan tempat ibadah Klenteng Tan Hou Kion pada tahun 1883.

Pembauran pun telah terjadi jauh di masa kolonial Belanda. Etnis Tionghoa menikah dengan warga Gorontalo dan menjalin hubungan baik bersama masyarakat setempat.

Di dalam sejarah, beberapa etnis Tionghoa juga berjasa mengusir penjajah dari Gorontalo. Pada
zaman kolonial Belanda, ruang gerak masyarakat Tionghoa dibatasi.

Menurut kesaksian salah satu warga Tionghoa, bahwa sekitar tahun 1880 etnis Tionghoa masuk ke daerah Gorontalo adalah suku Hokkian. Tahun 1930 disusul Suku Kanton, Hainan, Lehue dan lain-lain, dilansir dari Jambura History and Culture Journal.

Warga Tionghoa Gorontalo terhimpun dalam satu persatuan. Mereka memiliki ikatan yang kuat. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *