Seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan pewarnaan semakin meningkat dan diperkirakan tersedia 100.000 pewarna secara komersial.

Dampaknya meningkatnya pencemaran air dan salah satu senyawa kimia yang ada pada limbah cair industri adalah senyawa Methylene Blue (MB).

MB merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang beracun dan zat warna kationik berupa kristal berwarna hijau gelap.

Limbah cair yang mengandung senyawa MB mengakibatkan rusaknya tumbuhan, sehingga berdampak terganggunya ekosistem.

Maka dibutuhkan pengolahan limbah lebih lanjut sebelum dibuang ke lingkungan. Melihat hal ini, Antonius Jimmy Widagdo mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik UKWMS tergerak untuk meneliti lebih lanjut.

“Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengolah limbah MB adalah metode adsorpsi. Pada penelitian ini digunakan adsorben berupa silika lapis tipis dengan template selulosa mikro kristalin yang disintesis dari sabut kelapa,” jelas Jimmy yang berhasil lulus sebagai salah satu wisudawan Aktif Berprestasi Semester Genap 2021/2022.

Untuk menghasilkan selulosa mikro kristalin, sabut kelapa yang sudah kering dihilangkan ligninnya dengan larutan NaOH.

Lalu diputihkan dengan peroksida, kemudian dilakukan proses hidrolisis dengan asam sulfat hingga menjadi ukuran mikro.

Setelah itu, dilapis atau dicampur dengan Tetra Ortho Sylicate (TEOS), dikeringkan dalam wadah cawan petri selama tiga hari. Sediaan yang sudah kering lantas dikerok dan menjadi silika lapis tipis.

Jimmy sendiri butuh waktu sekitar dua tahun untuk menemukan hasil yang efektif dan optimal dalam penyerapan limbah MB.

“Proses penggunaanya cukup mudah, sediaan tinggal dicampurkan ke limbah MB dan didiamkan selama 1 x 24 jam. Silika lapis tipis ini bisa digunakan berulang hingga empat kali, setelah penggunaan pertama cukup dibilas dengan air mengalir,” jelas pria asal Semarang ini. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *