Mahasiswa ITS Rancang Aplikasi Penyedia Daily Service

Besarnya dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh penyedia jasa harian esensial karena konsumennya semakin jarang, sehingga pendapatan pun semakin mengecil.

Prihatin kondisi tersebut, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah aplikasi bernama Bantu.Ind sebagai wadah penyedia keperluan jasa sehari-hari atau daily service dari golongan masyarakat kecil yang ahli dengan bidangnya masing-masing.

Salah satu anggota tim, Nur Muhammad Adi Yahya, menjelaskan bahwa aplikasi ini berangkat dari kasus keahlian esensial masyarakat yang tersia-siakan dengan adanya pandemi.

Sehingga aplikasi Bantu.Ind dirancang agar mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan menyediakan layanan sehari-hari. “Seperti jasa massage, cleaning service, home, appliance and electronic repair, vehicle repair and treatment, beauty, dan plumbing,” sebutnya.

Kelima mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri tersebut sebelumnya telah meriset dan membuat survei mengenai urgensi aplikasi rancangan mereka ini.

Sejauh ini terdapat lebih dari 90 persen dari 78 responden dengan rentang umur 15 – 45 tahun yang menganggap aplikasi dengan konsep seperti Bantu.Ind ini akan bermanfaat.

Meskipun terdapat beberapa aplikasi penyedia jasa sejenis, namun Bantu.Ind merupakan aplikasi yang tidak merangkap pada bidang lain seperti beberapa aplikasi yang ada. Sehingga Bantu.Ind khusus untuk melingkupi jasa sehari-hari dengan mitra yang lengkap.

“Dapat dikatakan bahwa mayoritas kebutuhan sehari-hari yang diperlukan dapat dipesan di Bantu.Ind,” tutur mahasiswa yang biasa disapa Adi ini.

Lebih lanjut, menurut Adi, karena target pasar aplikasi Bantu.Ind adalah kelompok orang yang senang memesan jasa via online, maka Bantu.Ind pun menyediakan lima fitur yang dapat membantu pengguna. Lima fitur tersebut terdiri dari Profile, Booking Online, Categories, Chat, dan Transaction.

Di sisi lain, para mitra sebagai penyedia jasa pun dapat mendaftarkan diri dengan memilih pilihan partner pada halaman pertama aplikasi setelah meng-install Bantu.Ind.

Setelah itu mitra dapat memilih kategori jasa yang disediakan dan mengisi form serta persyaratan yang dibutuhkan. Selanjutnya, mitra hanya menunggu jawaban dari aplikasi via Whatsapp atau e-mail.

“Terakhir, mitra diarahkan tahap wawancara yang kemudian jika lolos, maka mitra tersebut secara resmi menjadi partner Bantu.Ind,” papar Adi lagi.

Dalam hal mekanisme transaksi antarpengguna dan partner, pengguna akan lebih dulu melihat tarif yang ditetapkan oleh partner.

Jika dari pihak pengguna ingin mengubah tarif jasa yang ditetapkan, maka pengguna dapat berdiskusi dengan partner perihal tersebut.

“Dengan adanya alur ini, diharapkan dapat membuat kesepakatan adil dan menguntungkan kedua pihak,” imbuhnya.

Adapun arti nama Bantu.Ind, yang jika dipecah terdapat dua kata. Yaitu Bantu yang artinya membantu, dan Ind yang berarti Indonesia.

Maka secara harfiah, aplikasi ini memiliki arti ‘Membantu Indonesia’. Hal ini pun sejalan dengan tujuan perancangan aplikasi, yakni membantu pemasukan masyarakat pekerja Indonesia di masa pandemi.

Adi mengakui, Bantu.Ind masih perlu banyak pengembangan lebih lanjut. Hal ini meliputi aplikasi yang masih tahap prototipe, sehingga perlu adanya simulasi pemrograman agar terbukti dapat berfungsi dengan baik.

“Kita masih mendalami bagaimana cara mengembangkan Bantu.Ind dalam sisi coding karena kurangnya keahlian tersebut,” ungkap Adi.

Terakhir, Adi menambahkan bahwa ia bersama rekan-rekannya yakni Bagas Paramarta Rofi’, Asyifa Darin Asia, Titus Vanadio, dan Henry Ageng Magrifan mempersiapkan prototipe aplikasi Bantu.Ind ini selama kurang dari dua bulan.

Selain itu, melalui inovasi aplikasi Bantu.Ind, tim mahasiswa ini pun telah berhasil mendapatkan gelar Juara 2 dalam International Youth Business Competition 2022 yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA), beberapa waktu lalu. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *