Saat ini akivitas Gunung Semeru masih berstatus SIAGA atau Level III. Berdasarkan pengamatan Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM) terhadap aktivitas vulkanik Gunung Semeru baik secara visual, instrumental maupun potensi ancaman bahayanya. Hal ini disampaikan Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono.

Saat gunungapi jelas, teramati api diam, asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 50–600 meter dari puncak.

Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timurlaut, selatan, baratdaya, barat dan baratlaut. Suhu udara sekitar 19 – 30 derajat Celsius.

Asap letusan pun teramati putih kelabu tinggi 200 – 700 meter arah utara, barat, baratlaut dan baratdaya.

Guguran lava pijar dari ujung lidah lava dengan jarak luncur 200 meter dan dari pusat guguran dengan jarak luncur 600 m dari kawah arah besuk Kobokan.

Sedangkan pengamatan secara instrumenal, diketahui bahwa jumlah dan jenis gempa yang terekam masih didominasi jenis gempa permukaan seperti Gempa Letusan, Gempa Guguran, dan Gempa Hembusan.

Selama perioda 30 Mei – 5 Juni 2022 terjadi 372 kali gempa Letusan/Erupsi, 9 kali gempa Guguran, 52 kali gempa Hembusan, 70 kali gempa Harmonik, 2 kali gempa Vulkanik Dalam, 1 kali gempa Tektonik Lokal, 19 kali gempa Tektonik Jauh.

Lebih lanjut dikatakan Eko Budi Lelono dalam suratnya, data pemantauan Tiltmeter pada stasiun Argosuko hingga tanggal 5 Juni 2022 masih berfluktuatif namun terus menunjukkan kecenderungan inflasi, sedangkan stasiun Tiltmeter Jawar hingga tanggal 5 Juni 2022 secara berfluktuatif menunjukkan pola deflasi.

Hal ini menunjukkan proses keluarnya material (erupsi dan guguran lava) dari permukaan, terjadi bersamaan dengan pergerakan fluida (batuan, gas, cairan) ke permukaan yang lebih dangkal.

Data pemantauan GPS kontinyu pada 3 stasiun (Sawur, Argosuko, dan Leker) G. Semeru pada periode tanggal 1 Mei hingga 5 Juni 2022 menunjukan arah vector di semua stasiun menjauhi tubuh G.

Semeru (inflasi) dan perubahan jarak antar Baseline pada semua stasiun GPS mengindikasikan masih terjadi inflasi.

Oleh karenanya dalam tingkat aktivitas Level III (SIAGA), Badan Geologi mengimbau masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak

Selain itu, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

BAdan Geologi juga mengimbau untuk mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *