SMP Surabaya Grammar School (SGS) Grand Pakuwon Campus melakukan praktek pembelajaran memecahkan berbagai masalah.
Kepala Sekolah SGS Esti Diah Purwitasari mengatakan pembelajaran model ini untuk membekali siswa mampu berpikir kritis, memiliki kemampuan mengembangkan kreativitas, berkolaborasi dengan pihak lain, serta menjadi sosok pribadi yang berkarakter.
“Salah satu praktek pembelajaran ini ditampilkan lewat Science Presentation Day. Dimana para siswa kelas 7 diminta membuat project science sebagai tugas akhir. Kemudian diminta menampilkan hasil karya mereka di depan publik,” ujarnya, Jumat (27/5/2022).
“Di depan para guru, orang tua dan tamu sekolah, mereka dilatih untuk mempresentasikan hasil karyanya. Selain bertujuan untuk mencetak inovator di masa depan. Mereka juga dilatih tampil di depan publik, bagaimana meningkatkan rasa percaya diri dan bersikap di depan orang lain,” tambahnya.
Esti menambahkan, pihaknya ingin para siswa memahami. Bahwa nilai yang mereka dapatkan selama menempuh pendidikan di SGS, tidak hanya dari ujian tertulis saja. Tetapi juga dari tugas-tugas yang bersifat project. Apalagi tugas-tugas ini bersifat hasil kerja kelompok dan kolaboratif.
“Jadi ini bukan project sehari dua hari. Melainkan dikerjakan selama 2 bulan. Dimana mereka harus melakukan prosesnya secara sistematis. Mulai dari penentuan topik atau tema, pemilihan bahan-bahan, proses pengerjaan, hingga hasil akhir. Tentu tidak semua langsung berhasil. Ada juga yang gagal ditengah jalan. Namun, dari situ mereka akan belajar untuk tidak putus asa dan bangkit kembali,” ungkapnya.
Sebanyak 22 siswa kelas 7 dibagi menjadi 11 kelompok, untuk mengerjakan berbagai jenis project berbasis penyelesaian masalah lingkungan.
Diantaranya adalah memanfaatkan popok diapers bekas sebagai media tanam, sabun cuci tangan berbahan minyak goreng bekas, pestisida alami dari bawang putih dan bawang merah.
Juga permen berbahan bawang putih, pengawet makanan dari jus buah lemon, sabun mandi dari lidah buaya, teh bunga sedap malam, patty sistetis dari kacang merah, charcoal bambu penghilang partikel debu, hingga plastik sistetis berbahan agar-agar.
Esti menegaskan, kegiatan ini akan menjadi agenda rutin sekolahnya. “Karena dari sini, para murid akan belajar bagaimana menumbuhkan berbagai ide kreatif sebagai problem solving,” pungkasnya. (Red)