ITS Djamoe Bangkitkan Budaya Minum Jamu

Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Sintesis (KIBAS) dari Departemen Kimia ITS bekerja sama dengan Pusat Penelitian Agri-Pangan dan Bioteknologi (Puslit Agrifotech) ITS meluncurkan ITS Djamoe yang bertempat di Galeri Riset, Inovasi dan Teknologi (GRIT) Gedung Pusat Riset ITS secara hybrid, Selasa (31/5).

Penanggung Jawab Riset ITS Djamoe Sri Fatmawati SSi MSc PhD mengatakan, riset pertama terkait jamu ini sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2002 dengan sasaran riset untuk mempelajari tanaman obat.

Ia mengatakan bahwa riset tersebut merupakan hasil inspirasi dari Kepala Laboratorium KIBAS saat itu yakni Prof Dr Drs Taslim Ersam MS. “Ini merupakan riset yang sudah dilakukan selama 20 tahun,” jelasnya.

Perempuan yang akrab disapa Fatma ini mengungkapkan, proses pembuatan minuman jamu tersebut memiliki kemiripan dengan perusahaan lain.

Meski berbahan dasar temulawak dan meniran, ia berkomentar bahwa quality control merupakan kunci pembeda dari jamu buatan ITS. “Tentunya kita selalu meneliti komposisi dari bahan jamu yang kami gunakan,” tegasnya.

Dosen Departemen Kimia tersebut menjelaskan, produk dari ITS Djamoe sudah memberikan manfaat kepada masyarakat, khususnya pada masyarakat yang terjangkit Covid-19 pada awal-awal pandemi lalu.

“Saat isoman (isolasi mandiri), kami mendistribusikan beberapa jamu rempah dalam 10.000 paket kepada para pasien untuk membantu meningkatkan imun,” terangnya.

Sebagai penunjang distribusi ITS Djamoe, ITS merangkul para petani herbal maupun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki bisnis tanaman maupun obat herbal.

“Kita juga bekerja sama dalam hal produksi dengan PT Payung Pusaka Mandiri,” bebernya.

Fatma pun menerangkan bahwa dalam rentang 20 tahun tersebut, Laboratorium KIBAS bersama Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS dan stakeholder lainnya berhasil menciptakan lebih dari 300 penelitian, 500 lebih senyawa hasil isolasi, dan 300 lebih senyawa hasil sintesis.

Terakhir, peneliti perempuan terbaik di Indonesia ini berharap bahwa penelitian tersebut bisa semakin meningkat seiring berkembangnya waktu dan teknologi ke depan.

Kehadiran ITS Djamoe ini juga diharapkan mampu membangkitkan kembali budaya minum jamu di kalangan masyarakat saat ini, terutama pada generasi muda.

“Leluhur kita meninggalkan banyak sekali metode herbal yang bermanfaat untuk manusia. Maka dari itu, harus terus kita kembangkan lebih jauh,” tandasnya mengingatkan. (Red)