Adalah pasangan suami istri Suparjo dan Titi Pratistiyani melihat peluang pemanfaatan botol kaca bekas diolah menjadi produk kerajinan yang mempunyai nilai seni dan nilai jual.
Di tahun 2020 mereka mulai merintis usaha bernama Bening Craft.
“Kaca dari pemulung dibersihkan lalu dipotong, diwarna dan diolah menjadi aneka kerajinan seperi ; vas bunga, tempt lilin, tempat pensil, aneka lampu hias,” kata Titi.
Potongan botol kaca dikombinasi dengan barang bekas yang lain, sehingga bisa menjadi lampu industrial.
Kombinasi bisa dengan barang bekas lain seperti; pompa air, sepeda, helm. Semua barang bekas tersebut sudah tidak bisa dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
Target pasarnya adalah cafe atau hotel untuk memperindah ruangan dengan interior unik, namun apik dan perorangan yang membutuhkan hiasan atau souvenir untuk diberikan pada sanak kerabatnya.
“Konsumen untuk lampu industrial tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bali yang rata-rata digunakan untuk hiasan hotel atau cafe bahkan ada buyer dari Australia,” urai Titi.
Sementara untuk konsumen lokal lebih banyak ke produk tempat lilin yang dibandrol dari Rp. 10 ribu hingga jutaan rupiah untuk ukuran besar
Saat ini Bening Craft dengan 3 karyawan terus berproduksi dan berinovasi dengan ragam desain agar tidak ketinggalan pesaing, juga makin diminati konsumen pecinta seni.
Bening Craft berada di Kampung Minggiran yang terletak diujung selatan Kelurahan Suryodiningratan, Kemantren Mantrijeron.
Kampung tersebut memiliki ragam potensi Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM), di antaranya; batik baik sibori, jumputan, ecoprint maupun cap, tulis dan printing.
Selain itu ada kampung sayur dan lorong sayurnya serta kebun sayur yang lengkap dengan pembibitan dan magot. Juga ada kuliner berupa makanan minuman tradisional dikelola secara kelompok maupun individu.
Warga Minggiran sangat kreatif dan inovasi turut mendorong perubahan ekonomi lebih baik baik karena pandemi Covid-19, maupun persaingan usaha yang melahirkan peluang dalam ceruk baru pemasaran. (Red)
