Peduli Satwa Kebun Binatang Surabaya, Unimaxx Photo Community Gelar Motret Bareng

Puluhan fotografer yang tergabung dalam Unimaxx Photo Community menggelar aksi motret bareng di Kebun Binatang Surabaya (KBS) mulai jam 10 siang, hingga sore hari, 14 April 2022.

Suasana asri membuat nyaman penghuni kebun binatang Surabaya. Terlihat hewan penghuni KBS tenang, mungkin juga pengaruh pengunjung yang tidak terlalu banyak.

Beberapa anggota Unimaxx pun harus menunggu hewan-hewan beraksi, salah satunya Bekantan yang pindah dari satu pohon ke pohon yang lain. Uniknya mereka berpindah secara berombongan, sehingga menarik untuk diabadikan.

Denny D’Colo Ketua Unimaxx Photo Community mengatakan sengaja memilih motret bareng di Kebun Binatang Surabaya karena peduli satwa.

“Kami turut mempromosikan KBS supaya dikenal lebih luas lagi. Apalagi banyak perubahan dalam KBS yang terlihat bersih dan lebih terawat, sehingga menjadi tempat paling tepat untuk rekreasi keluarga,” ujar Denny D’Colo.

Denny menambahkan bahwa untuk memotret di KBS sebaiknya menggunakan lensa tele atau lensa wide yang bersudut lebar.

“Untuk memotret binatang buas gunakan lensa tele, karena jaraknya memang jauh. Untuk settingnya bisa menggunakan ISO 800, speed 1/300, f8, dan tergantung selera. Sedangkan lensa wide selain untuk motret binatang juga bunga di KBS ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Rasmono Sudarjo sebagai Dewan Penasihat Unimaxx Photo Community mengatakan kegiatan ini bermanfaat bagi anggota, karena selama pandemi banyak peralatan fotografi kurang digunakan. Kesempatan motret bareng di KBS untuk melatih kembali keterampilan fotografi,” jelas Rasmono.

Rasmono pun menujukkan beberapa hasil jepretannya yakni foto monyet, jerapah, burung, dan obyek binatang lainnya. “Motret bareng itu lebih asyik daripada sendirian. Karena bisa bergurau dan sharing dunia fotografi,” imbuhnya di sela acara.

Berbeda dengan Cak Eed yang mengaku belum menemukan pola karena keberadaan hewan yang kurang aktif. Sehingga tidak menjadikan foto istimewa.

“Tahun kemarin kita dapat polanya, sekarang belum. Mei sampai Juni hingga Agustus, kita hunting pas musim hewan kawin, itu bagus,” jelas Cak Eed yang berjanji akan segera kembali hunting ke KBS.

Cak Eed menekuni dunia fotografi selama 30 tahunan. Ia memilih genre semua, tapi spesial stage fotografi atau foto panggung seni budaya. Awalnya ia membantu seniman mempublikasikan saat mereka perform.

“Ada kenikmatan tersendiri dalam memotret panggung seperti lampu yang berubah ubah dan kita motret tanpa melihat kamera, harus cepat mengubah kecepatan dan Iso. Tidak bisa menggunakan kamera biasa, harus memakai joystick,” ujarnya.

Seperti dalam motret gerakan lambat, Cak Eed mengatakan harus mengetahui keseniannya.

“Dalam cerita Ramayana yang dikeroyok kera itu jadi foto yang menarik. Karena Ramayana nampak jelas, dengan kera yang bergerak. Berbeda dengan foto dokumentasi, dimana obyeknya harus jelas. Kalau sebagian gerakan nampak blur, itu seninya yang keluar,” terangnya.

Denny D’Colo menyampaikan bahwa KBS dilengkapi dengan deretan kuliner yang murah dan tersedia di banyak sudut, sehingga pengunjung makin betah.

“Fasilitas di KBS sangat lengkap mulai dari kuliner, parkir, tempat ibadah tersedia. Jadi pas banget berkunjung kemari. KBS adalah wisata edukasi tak hanya menyajikan pemandangan hewan tapi juga botani,” pungkas Denny D’Colo yang mengakhiri acara motret sore itu bersama rekan-rekannya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *