Warga Desa Kedungdowo Bojonegoro Olah Limbah Jadi Pupuk Tambah Income Keluarga

Desa Kedungdowo Kecamatan Balen memiliki banyak pengusaha lokal yang potensial, salah satunya usaha pengolahan limbah menjadi pupuk organik yang dikelola Abdul Mukharom.

Ia membawahi bina usaha pupuk Griyorojokoyo di Dukuh Kedungdowo RT.02/RW.01, Desa Kedungdowo Kecamatan Balen.

“Limbah peternakan dari usaha peternakan warga yang selama ini keberadaannya tidak dikehendaki, sehingga harus dibuang, ujar Abdul Mukharom, Rabu, (9/2/2022).

Ternak menghasilkan limbah berupa kotoran ternak serta sisa pakan ternak seperti potongan rumput, jerami, dedaunan, dedak, konsentrat dan sejenisnya.

Di Kedungdowo ada 300 sapi, dimana per ekor menghasilkan kurang lebih 5 kg limbah setiap harinya.

Abdul Mukarom menjelaskan, usaha pupuk organiknya memiliki jumlah pekerja sebanyak 20 orang, sebagian ibu-ibu rumah tangga yang bisa membantu pendapatan keluarga mereka.

Harga produk kemasan hasil olahan limbah peternakan ukuran 25 kg dijual Rp.25.000 dan kemasan 2,5 kg sebesar Rp. 5.000,-. Pemasaran di wilayah Kabupaten Bojonegoro dilakukan secara offline dan online.

“Satu hari menghasilkan 2 ton pupuk. Sebenarnya bisa lebih besar lagi namun terkendala kurangnya daya tampung tempat,” tuturnya.

Lebih lanjut Mukarom menegaskan bahwa pupuk organik bisa dimanfaatkan untuk segala macam tanaman.

Salah satunya dipakai untuk pupuk pisang cavendish yang menjadi primadona, karena prospek pasar yang sangat menjanjikan.

“Terutama untuk segmen pasar modern, seperti minimarket dan supermarket hingga pasar internasional,” imbuhnya.

Selain Mukarom, Winarsih pemilik usaha Bank Sampah Mawar di Desa Kedungdowo juga memiliki usaha sejenis dengan omset yang cukup baik.

Winarsih mengatakan usahanya berawal dari memanfaatkan bahan baku berambut yang melimpah dan keprihatinannya akan sampah yang akhirnya berinisiasi untuk membuat pupuk dan media tanam organik dengan bahan dari berambut dan kotoran hewan.

Proses pembuatan bahan dibakar selama 4 jam, setelah itu disiram, dan difermentasi selama 1 minggu. Sehingga dapat menghasilkan 16 bungkus dengan harga kemasan 2,5 kg sebesar Rp. 5.000,-

“Omzet kurang lebih 1 juta per bulan, bisa menambah penghasilan, dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,” pungkasnya.(Red)