Reog Ponorogo Masuk Nominasi Tunggal Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Kesenian Reog Ponorogo masuk nominasi tunggal untuk diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau ICH yang didaftarkan ke UNESCO tahun 2023.

Masuknya Reog Ponorogo menjadi nominasi tunggal Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimis kesenian Reog Ponorogo lolos diakui sebagai budaya dunia tak benda oleh UNESCO.

Khofifah mengapresiasi semua pihak yang berhasil membawa kesenian Reog Ponorogo menjadi satu-satunya nominasi yang diusulkan sebagai warisan budaya tak benda Dunia di UNSECO.

“Selamat atas terpilihnya Reog Ponorogo sebagai nominasi tunggal UNESCO,” kata Khofifah saat menghadiri Tasyakuran Pemilihan Reog Ponorogo sebagai nominasi tunggal Warisan Budaya Takbenda UNESCO dan Peringatan 1 Tahun Kepemimpinan Bupati Ponorogo periode Wakil Bupati 2021-2024, di Pendopo Agung Kab. Ponorogo, Sabtu (26/2/2022) malam.

Menurut Khofifah, sebenarnya Gravitasi adalah satu-satunya pencalonan ke UNESCO yang akan diajukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristekdikti, kemudian Jawa Timur mendukung kesenian Reog Ponorogo.

“Kenapa disebut pencalonan tempat tinggal, karena Reog hanya ada di Ponorogo. Meski ditampilkan di Medan, tetap bernama Reog Ponorogo. Muncul di Palu, masih disebut Reog Ponorogo,” ujarnya.

Bupati Ponorogo H Sugiri Sancoko mengatakan selama kepemimpinannya akan terus berusaha berinovasi sebagai bagian dari kerja keras.

“Kami bersama dengan Wabup menjamin, kalau gotong royong terus kita tanamkan, Ponorogo akan semakin besar lagi,” ujarnya.

Selanjutnya, kata Bupati, menjadikan Reog Ponorogo sebagai alat untuk membangun Ponorogo, dengan didirikannya museum Reog Ponorogo.

Di museum, sejarah lahirnya Reog Ponorogo, siapa Bupati pertama, budaya apa, bagaimana hubungannya dengan Mojopahit, bagaimana pertaniannya, hingga bagaimana ciri khas batiknya.

“Pelan-pelan kita jadikan yang luhur sebagai budaya literasi, sekaligus sebagai akselerator perekonomian Ponorogo, dan kedepannya anak cucu kita akan melihat betapa hebatnya nama Ponorogo,” tutupnya.

Mengenai bahan dasar reog, Bupati saat diwawancarai UNESCO menjelaskan bahwa merak yang ada di kepala reog bukan dari bulu merak yang dipetik.

Namun memang dalam jangka waktu tertentu bulu merak akan terlepas dari tubuhnya, kemudian dijadikan sebagai bahan baku reog. Untuk kulit harimau bukan dari kulit harimau asli, melainkan kulit kambing yang kemudian diolah menyerupai kulit harimau.

“Kedua hal terkait bahan baku reog harus dijawab di Unesco. Dengan demikian, mudah-mudahan Reog Ponorogo bisa dinobatkan UNESCO sebagai warisan budaya takbenda,” ujarnya.

Sebagai informasi, Direktorat Perlindungan Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah mengumumkan bahwa seni reyog Ponorogo lolos seleksi Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTb) untuk diusulkan dalam daftar ICH Unesco pada Jumat (18/02/2022). .

Dalam proposal tersebut, Reog Ponorogo diusulkan sebagai satu-satunya nominasi sebagai tempe dan budaya herbal sehat. Tenun Ikat Sumba Timur dan Ulos Ikat diusulkan sebagai Tenun Indonesia, sedangkan Kolintang diusulkan sebagai nominasi multinasional dengan negara lain. (Red-info)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *