Cerita Kampung Arab di Solo yang Terjaga Hingga Kini

Kota Solo rumah dari berbagai budaya lokal maupun budaya pendatang tak terkecuali budaya Timur Tengah. Termasuk Pasar Kliwon yang menjadi salah satu tempat pusat pemukiman Etnis Arab di Solo.

Tak hanya Etnis Tionghoa yang berkembang pesat di Pasar Gede, namun eksistensi Etnis Arab di Kota Solo tetap terjaga dan terus berkembang hingga kini.

Akulturasi beragam budaya terjadi karena masyarakat Solo menjaga beragam falsafah Jawa yang diajarkan nenek moyang.

Salah satunya adalah “Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah” yang artinya hidup rukun pasti akan sentosa dan bila bertikai maka akan merugikan semua. Tak heran, pendatang selalu merasa nyaman hidup di Solo.

Awal mula kedatangan bangsa Arab yang menetap di Jawa berasal dari Hadramaut, Yaman. Dahulu orang-orang Arab yang sebelumnya singgah di Pantai Utara Jawa, bekerja sebagai pedagang sekaligus menyebarkan agama Islam. Mereka berlabuh di Bandar Bengawan Semanggi (pelabuhan di Bengawan Solo).

Kemudian pedagang asing (termasuk Arab) memilih bermukim di sekitar aliran sungai guna memudahkan kegiatan ekonomi. Hingga pada akhirnya mereka memilih menetap di Kawasan Semanggi.

Dengan adanya akulturasi budaya di seputaran Pasar Kliwon lambat laun menjadikan masyarakat mengenal budaya yang dibawa oleh mereka termasuk kuliner.

Tak heran jika di Pasar Kliwon mudah ditemui kuliner berbau kambing seperti sate, gulai, krengseng dan nasi goreng daging kambing.

Untuk kudapan yang kental nuansa Arab diantaranya kebab, roti konde, sambosa, susu kambing Etawa, hingga yoghurt susu kambing. Akulturasi tersebut membuat Solo dikenal dengan masakan gulai, sate, dan tongseng nya yang khas.

Bukan hanya kuliner, kawasan Pasar Kliwon juga jadi rujukan produksi aneka busana muslim, pusat aneka kurma, serta toko oleh-oleh haji.

Warga Pasar Kliwon juga banyak yang memakai gamis, mukena, baju koko, hingga peci yang tidak akan dilewatkan bila berkunjung kesini.

Warga setempat pun kerap mengadakan pembacaan Maulid, pembacaan kitab Al Barzanji, kajian, Shalawat dan majelis ilmu lainnya yang menyiratkan sebagai masyarakat yang religius.

Bahkan salah satu acara Haul yang terkenal hingga ke mancanegara yaitu Haul Habib Ali Bin Muhammad Al Habsyi. (Red)