Bank Indonesia (BI) bersama Pemkab Banyuwangi akan mengembangkan kawasan pertanian hortikultura organik. Sektor pertanian menjadi salah satu andalan Banyuwangi sebagai penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yakni 30 persen.
Kepala Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo mengatakan, Banyuwangi bisa mengembangkan satu wilayah yang khusus mengembangkan pertanian hortikultura organik.
Hal itu dikatakan Hestu, saat menerima kunjungan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi, di Kantor BI Jember, Selasa (25/1/2022).
Selama ini, sebagai partner stabilisasi ekonomi Banyuwangi, BI telah mengembangkan pertanian organik di beberapa wilayah Banyuwangi, salah satunya di Desa Segobang Kecamatan Licin.
Di desa tersebut, BI Jember mengembangkan eco farming terintegrasi dengan penerapan digital farming dan pola-pola pertanian organik lainnya.
“Berdasarkan pengalaman kami, dengan melakukan pola-pola organik, produktivitas pertanian meningkat. Produksi yang awalnya 6 sampai 7 ton per hektar, bisa mencapai 11 ton per hektare,” kata Hestu.
“Di Banyuwangi bisa dikembangkan lagi, dengan membuat satu kawasan, misalnya satu kecamatan yang khusus mengembangkan pertanian hortikultura full organik,” tambah Hestu.
Bahkan, lanjut Hestu, BI akan membuat laboratorium pertanian organik di Banyuwangi yang salah satunya membuat pupuk organik, dan pola-pola pertanian organik lainnya di Banyuwangi. “Ini bisa menjadi pilot project pertanian organik,” jelas Hestu.
Hestu yakin Banyuwangi bisa mengembangkannya, karena selama ini Banyuwangi telah dikenal sebagai daerah yang kreatif dalam berinovasi.
Meskipun pertumbuhan ekonomi sempat dihantam pandemi Covid-19, namun Banyuwangi cepat kembali pulih dan melakukan stabilisasi ekonomi.
“Tren pertumbuhan ekonomi Banyuwangi terus membaik dan stabil. Bahkan Banyuwangi bisa meraih TPID terbaik se-Jawa Bali dua tahun berturut-turut. Tentu ini merupakan prestasi tersendiri di tengah kondisi yang serba sulit akibat pandemi,” urai Hestu.
Sementara Bupati Ipuk merespons positif BI. Menurut Ipuk, sejalan dengan program Banyuwangi Rebound yakni gerakan untuk memulihkan ekonomi.
“Pengembangan pertanian organik sejalan dengan program Banyuwangi Rebound. Di dunia pertanian Banyuwangi terus memperkuat digitalisasi dan go organic,” kata Ipuk.
Bahkan pada tahun 2022 ini, Dinas Pertanian menargetkan lahan pertanian organik menjadi 500 hektare. Saat ini lahan pertanian organik di Banyuwangi terdapat 157 hektare.
“Di Banyuwangi sudah ada produk pertanian kelas ekspor. Karena itu, dengan mengembangkan pertanian organik menjadi satu kawasan khusus ini akan kian meningkatkan produktivitas on farm dan out farm, yang muaranya tertuju pada kesejahteraan masyarakat,” tambah Ipuk.
Ipuk berterima kasih atas dukungan BI pada Banyuwang selama ini. “Inilah yang menjadi kekuatan Banyuwangi. Gotong royong dari semua pihak,” katanya. (Red)