Prasasti Kamulan yang menjadi dasar penetapan hari jadi Trenggalek resmi dipindahkan dari Museum Wajakensis Tulungagung ke Trenggalek. Menandai pemindahan, Pemkab Trenggalek mengadakan ruwatan murwakala melalui pagelaran wayang kulit secara daring dari Pendhapa Manggala Praja Nugraha, Minggu (26/12/2021).

Sebelumnya, Pemkab Trenggalek telah melakukan berbagai upaya dan komunikasi baik dengan Pemkab Tulungagung maupun pihak BPCB Jawa Timur terkait pemindahan prasasti ke Kabupaten Trenggalek.

Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhamad Natanegara menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memulangkan Prasasti Kamulan. Termasuk dalam hal ini Bupati Tulungagung yang berbesar hati memberi kesempatan Pemkab Trenggalek untuk merawat Prasasti Kamulan.

“Dan alhamdulillah berkat kebesaran hati seluruh pejabat yang ada di Kabupaten Tulungagung, kita yang ada di Kabupaten Trenggalek ini diberi kesempatan untuk merawat dan memelihara (Prasasti Kamulan), maka dari itu kita memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk bisa memanfaatkan,” ungkapnya.

Wabup Syah berharap, ke depan keberadaan Prasasti Kamulan yang saat ini diletakkan di area Pendhapa Manggala Praja Nugraha dapat dijadikan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat, sehingga lebih mengenal Trenggalek memiliki sejarah panjang yang tidak bisa diceritakan dalam satu malam.

“Sehingga kita berharap ke depan dengan hadirnya prasasti ini sejarah kita menjadi lebih terang, menjadi lebih detail, dan juga memantik para sejarahwan, pegiat kebudayaan untuk bisa menulis sejarah kita yang lebih rinci dan lebih baik lagi, harap Wabup Syah.

Menandai kepulangan Prasasti Kamulan sekaligus peresmian Rumah Prasasti di Pendhapa Manggala Praja Nugraha, Pemerintah Kabupaten Trenggalek menggelar pagelaran wayang kulit dengan lakon Mbangun Candi Sapto Argo.

Pagelaran wayang sebagai wujud syukur atas keberhasilan diboyongnya Prasasti Kamulan kembali ke Kabupaten Trenggalek.

Tak hanya menjadi penanda sejarah cikal bakal Kabupaten Trenggalek, Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhamad Natanegara menyebut kepulangan Prasasti Kamulan ini sebagai simbol kebangkitan kebudayaan di Kabupaten Trenggalek.

“Prasasti Kamulan bisa kita lihat, bisa kita sentuh dan bisa kita gali nilai-nilainya untuk kita aplikasikan dan kita contoh nilai yang terkandung di dalamnya. Ini adalah upaya kita untuk mengenal akar budaya kita,” ungkapnya.

Mantan anggota DPRD ini mengajak seluruh pihak ikut menjaga dan memanfaatkan Prasasti Kamulan sebagai salah satu sarana edukasi khasanah sejarah lahirnya Kabupaten Trenggalek.

“Kita berharap ini bisa menjadi wahana pendidikan untuk anak-anak kita agar lebih mengenal Trenggalek ini bukan kota kemarin sore, ujar Wabup Syah.

Lebih lanjut, Wakil Bupati muda ini mengatakan, “Trenggalek ini punya sejarah yang sudah sangat panjang dan sejarah ini tidak hanya bisa diceritakan selama satu malam. Kita berharap nanti menjadi lebih terang, lebih detail, memantik para sejarawan untuk bisa menulis sejarah lebih rinci dan lebih baik lagi” imbuhnya.

Diboyongnya kembali prasasti berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, serta Pemerintah Kabupaten Tulungagung. (Red)