Hipertensi atau penyakit Darah Tinggi merupakan sebuah sindrom dimana peningkatan tekanan darah terjadi secara terus menerus.
Penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain seperti stroke dan gangguan jantung, hingga dapat menyebabkan kematian.
Penderita hipertensi atau penyakit darah tinggi ini terus meningkat dari tahun ke tahun, dan menurut riset, hipertensi menyumbangkan sekitar 9,4 juta kematian per tahun di Indonesia.
“Melihat fakta di lapangan, maka kami sebagai perguruan tinggi terpanggil untuk memberi perhatian khusus, terlebih bagi tenaga kefarmasian untuk memberi edukasi pada penderita hipertensi, khusunya dalam hal penanganan dan monitoring efek samping terapi, yang kadang malah memperparah kondisi si pasien,” terang apt. Martanty Adhitya, M.Farm-Klin, Ketua Program Studi Farmasi Universitas Ma Chung.
“Terapi terhadap pasien hipertensi menghasilkan beberapa efek samping, dan ini ada dalam penelitian kami yang telah dipublikasikan; antara lain adanya gangguan tidur, batuk kering, dan lain sebagainya,” tambah Martanty, dalam webinar mengenai “Peningkatan Pengetahuan Hipertensi dan Peran Tenaga Kefarmasian dalam Pemantauan Terapi Penderita Hipertensi” secara daring pada Sabtu, 18 Desember 2021 lalu, yang diselenggarakan Program Studi Farmasi.
“Oleh karena itu, tenaga kesehatan harus melakukan pemantauan efek samping, terutama pada pasien wanita dengan usia 56-60 tahun,” tambahnya.
“Karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat antihipertensi harus mendapatkan perhatian khusus, maka sebagai pengabdian kepada masyarakat, kami memberikan penyuluhan kepada para tenaga kesehatan, khususnya tenaga kefarmasian, agar mereka dapat melakukan monitoring terhadap efek samping obat hipertensi,” tambahnya.
“Ini adalah bentuk nyata bagaimana Universitas Ma Chung menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, dimana ilmu bisa kami terapkan dan bagikan kepada siapa sana dan di mana sana, sekaligus merupakan bentuk kepedulian kami untuk menghasilkan tenaga kefarmasian yang etis dan bertanggung jawab,” demikian pungkasnya.
Webinar diikuti 42 orang tenaga kesehatan mendatangkan tiga narasumber yaitu, dr. Yushi Karina Riskawati, M.Sc dengan materi Patofisiologi Hipertensi dan Komplikasinya. apt. Emilia Sidharta, S.Farm dengan materi Update Penatalaksanaan Hipertensi, dan apt. Martanty Aditya, M.Farm – Klin dengan materi Peran Farmasi dalam Pemantauan Terapi dan Efek Samping Gangguan Hipertensi.
Damai Pertiwiningrum, S. Farm – salah satu peserta webinar mengatakan webinar yang dilaksanakan sangat bermanfaat.
“Sebagai tenaga kefarmasian, kami menjadi tahu bagaimana melakukan monitoring terhadap pasien hipertensi, dan kami sekarang juga tahu bagaimana menegakkan diagnosa hipertensi, yaitu dengan melakukan beberapa kali pengukuran di waktu yang berbeda,” terangnya.
“Tidak bisa dengan satu kali pengukuran, lalu kita simpulkan bahwa pasien mengidap penyakit Hipertensi,” imbuhnya.
“Tugas kami sebagai tenaga kesehatan lebih mengarah kepada Farmasi Klinis, artinya melakukan pemantauan terhadap efekstifitas terapi dan efek samping obat, yang sangat penting dilakukan,” simpulnya.
“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat sering dilakukan oleh Universitas Ma Chung untuk penyakit lainnya, misalnya untuk Diabetes Melitus,” pungkasnya. (Red)